HuMan BehaViOriSme………-_-

BAB I

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

  1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

  1. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

  1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

  1. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

  1. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya

3. Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

  1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,  kondisi fisik.

2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

  1. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

  1. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1) Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

  1. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut :

–          Pengalaman

–          Keyakinan

–          Fasilitas

–          Sosio-budaya

–          Pengetahuan

–          Persepsi

–          Sikap

–          Keinginan

–          Kehendak

–          Motivasi

–          Niat

  1. Perilau Manusia menurut Berbagai Aliran
  2. Manusia menurut aliran psikoanalisis

Manusia menurut aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini adalah makhluk yang digerakkan oleh suatu keinginan yang terpendam dalam jiwanya (homo Volens). Aliran psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia, Fokus aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.

Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub sistim dalam kepribadian manusia yaitu:

  1. Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan  pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:

1). Libido – insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan – kegiatan kosntrukstif disebut juga sebagai insting kehidupan (eros)

2). thanatos – insting destruktif dan agresif

  1. Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego Adalah    mediator antara  hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas
  2. Super ego

yaitu unsur yang  menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego disebut juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.

Dari hal tersebut di atas maka menurut psikoanalis perilaku manusia adalh merupakan interaksi antara  komponen biologis / unsur hewani (id), komponen psikologis / unsur akal rasional (ego) dan komponen sosial / unsur moral (super ego ).

  1. Manusia menurut  aliran behaviorisme

Manusia menurut aliran ini adalah homo mechanicus atau perilakunya digerakkan oleh lingkungannya. Manusia berperilaku sebagai hasil belajar yaitu perubahan perilaku akibat pengaruh dari lingkungannya. Dari sini timbul “teori belajar” dan teori “tabula rasa”.  Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja lilin ketika lahir  artinya manusia belum memiliki “warna mental”. Pada perkembangannya yang menyebabkan berubahnya dan bertambahnya warna mental tersebut adalah pengalaman.  Secara singkat maka aliran ini menekankan bahwa perilaku manusia, kepribadian manusia, serta tempramen didasarkan pada pengalaman inderawi (sensory experience).

Konsep  perilaku manusia di atas oleh salah tokoh aliran ini Ivan Pavlov disempurnakan dengan metode yang disebut pelaziman klasik . Pada metode ini perilaku manusia disebabkan adanya stimuli yang  terkondisi atau bersifat netral  dengan stimuli yang tak terkondisikan. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar bertindak dengan pemberian sesuatu rangsangan.tpUntuk menggambarkan metode ini oleh Pavlov melakukan eksperimen dengan seekor anjing yang dikondisikan dengan stimulus tertentu. Pada akhirnya didapati dalam eksperimen tersebut bahwa apabila anjing melihat bekas makanan maka air liur hewan itu keluar sebagai “hasil belajar’ mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makanan yang akan diberikan kelak.  Sebagai contoh illustrasi bahwa setiap kali anak membaca majalah dan orang tuanya mengambil majlah tersebut dengan paksa maka anak tersebut akan benci terhadap majalah.

Konsep tentang perilaku manusia ini kemudian disempurnakan oleh Skinner dengan metode yang disebut  operant conditioning (pelaziman operan).

Metode ini menerangkan bahwa apabila organisme menghasilkan sesuatu respon karena mengoper atas stimulus yang diterima disekitarnya.  Menurut Skinner, pelaziman operan terdiri daripada dua konsep utama yaitu :

  1. a)  Peneguhan (reinforcement ) yang terbagi dalam peneguhan positif dan peneguhan negatif.
  • Peneguhan Positif (Positive Reinforcement)

Rangsangan yang bisa menambahkan pengulangan suatu tingkahlaku  dan dilakukan berkali-kali disebut sebagai Peneguhan Positif.

Contoh: Pekerja yang mencapai prestasi tinggi dalam kerjanya diberikan bonus. Maka ia kan meningkatkan kinerjanya pada masa berikutnya

  • Peneguhan Negatif (Negative Reinforcement)

Bila ada rangsangan yang menyakiti atau yang mewujudkan keadaan tidak mengenakan dan akan dihindari secara berkali-kali disebut sebagai  peneguhan negatif. Organisme kemungkinan mengulang tingkahlaku yang dapat mengelak atau mengurangi keadaan yang negatif.

  1. b)   Denda (punishment)

Adalah Setiap rangsangan yang menyebabkan pengulangan suatu respon tingkahlaku yang dikurangi atau dihapuskan sama sekali . Contoh: Anak  yang tidak membantu ibu tidak diberi peluang untuk bermain bola  dengan teman-temannya sehingga ia akan menghapuskan perilaku yang dapat membuat dirinya tidak dapat bermain bola lagi.

Perilaku manusia menurut aliran ini semakin diperkuat dengan Social Learning Theori atau pembelajaran Sosial. Teori ini dikemukankan oleh Albert Bandura  yang mengatakan salah satu sifat manusia ialah meniru (imitate) tingkahlaku atau tindak tanduk orang lain yang diterima masyarakat (socially accepted behaviour) dan juga tingkah laku yang tidak diterima masyarakat. Tingkahlaku yang diterima dan tidak diterima tersebut berbentuk :

  1. a) berbeda antara satu budaya dengan satu budaya yang lain,
  2. b) berbeda antara individu,
  3. c) berbeda menurut situasi.

Dengan demikian, pembelajaran sosial tidak hanya melibatkan mempelajari tingkahlaku yang diterima tetapi juga tingkahlaku tidak diterima.

Mengapa Manusia Meniru?

Orang meniru kerana apa yang dilakukan membawa kepuasan atau ganjaran, yaitu peneguhan. Bagaimana peneguhan terwujud terdiri atas 3 jenis :

  1. Peneguhan Secara Langsung – Individu mendapat ganjaran seperti pujian kerana dia meniru sesuatu tingkahlaku yang diperhatikan. Misal anak yang meniru perilaku bapaknya karena dia dipuji dan mengulangi tingkahlaku tersebut.
  2. Peneguhan Mandiri – Individu meniru bukan kerana ingin dipuji tetapi kerana ingin mencapai cita-citanya sendiri,  misal seorang pelajar meniru cara Edwin Moses (atlit lari Amerika ; pemecah rekor dunia) dalam berlari, ia melakukan itu bukan untuk dipuji oleh pelatihnya tetapi untuk membuktikan kepada dirinya bahwa diapun bisa berlari sama persis dengan Edwin Moses dan ini memberi kepuasan kepadanya.
  3. Peneguhan Vikarius – Individu mendapat kepuasan secara tak langsung dengan meniru orang lain. Individu yang memperhatikan orang lain mendapatkan kepuasan atau ganjaran karena meniru model, iapun berbuat demikian karena ingin mendapat peneguhan yang sama. misal. Seorang pelajar memperhatikan rekannya dipuji oleh gurunya karena menyelesaikan tugas dengan cepat maka mungkin pada waktu lain ia akan berbuat demikian kerana dia menyangka akan menerima pujian yang sama.
  4. Manusia menurut  aliran psikologi kognitif

Manusia dalam konsepsi  psikologi kognitif adalah mahkluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). Artinya manusia adalah makhluk yang berpikir dan tidak pasif dalam merespon lingkungannya  serta berusaha memahai lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungannya.

Logika dari perilaku manusia menurut aliran ini adalah bahwa jiwa manusia menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif melalui proses mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi  dan mencari  makna. Jadi manusialah yang menentukan makna stimuli dan bukan stimuli itu sendiri.

Beberapa teori perilaku menurut aliran ini adalah  teori dari Kurt Lewin yang mengatakan bahwa perilaku manusia bukan sekedar respon dari stimulus melainkan produk dari berbagi gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Gaya tersebut oleh Lewin dirumuskan dalam B = f ( P. E ). Behavior adalah hasil interaksi antara Persons ( diri orang) dengan Enviroment (lingkungan psikologisnya).

Teori lain dari aliran ini mengatakan bahwa manusia adalah pencari konsistensi kognitif (consistency seeker ). Manusia merupakan mahkluk yang mejaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dan diantara sistem kepercayaan dengan perilaku.  Asumsi ini melahirkan teori yang disebut denga disonansi kognitif artinya  manusia akan akan mencari informasi yang mengurangi  disonansi ( ketidakcocokan antara dua kognisi). Manusia bila bertemu dengan informasi yang disonan dengan keyakinannya maka ia akan menolak, meragukan sumbernya, menacri konsonan atau mengubahnya.

  1. Manusia menurut  aliran psikologi humanistik

Manusia menurut konsepsi psikologi humanistik adalah mahkluk  aktif alam merumuskan strategi transaksional sengan lingkungannya (homo ludens).  Pada asumsi aliran ini manusia dipandang berada dalam dunia kehidupan ( berupa the I (aku), me (Ku), my self (diriku)) yang dipersepsi dan diinterprestasi secara subjektif. Perilaku manusia berpusat pada konsep dirinya berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah. Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada kebutuhannya dalam fungsi untuk mempertahankan, meningkatkan serta mengaktualisasikan dirinya.

APLIKASI TERHADAP KEPERAWATAN

Aplikasi terhadap keperawatan yang disebabkan oleh faktor perilaku manusia ini merujuk pada kesehatan jiwa manusia.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

  1. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

  1. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

  1. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).

  1. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
  2. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
  3. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia

Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan diri).

Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:

  1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal): kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.
  2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan): kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
  3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau keturunan,kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care.

Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:

  1. Human being (Kehidupan manusia): oleh      alam, memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan      makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong proses      hidup, pembentukan dan pemeliharaan integritas structural, serta      pemeliharaan dan peningkatan

Integritas fungsional.

  1. Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan ke dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode

dalam daur hidup.

  1. Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur normal dan integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk pencegahan,      tindakan pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantuangan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3 tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:

  1. Perawat memberi keperawatan total ketika      pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan      klien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
  2. Perawat dan pasien saling berkolaborasi      dalam tindakan keperawatan (sistem pengganti sebagian).
  3. Pasien merawat diri sendiri dengan      bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).

APLIKASI TEORI OREM

`Klien dewasa dengan Diabetes Melitus menurut teori self-care Orem dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan.

Klien dewasa dengan Diabetes Mellitus dapat mencapai sejahtera / kesehatan yang optimal dengan mengetahui perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri. Oleh karena itu, perawat menurut teori self-care berperan sebagai pendukung/pendidik bagi klien dewasa dengan Diabetes Mellitus terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam mencapai sejahtera.

Kondisi klien yang dapat mempengaruhi self-care dapat berasal dari faktor internal dan eksternal, factor internal meliputi usia, tinggi badan, berat badan, budaya/suku, status perkawinan, agama, pendidikan, dan pekerjaan. Adapun factor luar meliputi dukungan keluarga dan budaya masyarakat dimana klien tinggal.

Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang bersifat kontinum atau berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan mencapai kondisi yang sejahtera, klien membutuhkan 3 kebutuhan selfcare berdasarkan teori Orem yaitu:

  1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal), kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh klien selama siklus hidupnya dalam mempertahankan kondisi yang seimbang/homeostasis yang meliputi kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, istirahat, dan interaksi sosial serta menghadapi resiko yang mengancam kehidupan. Pada klien DM, kebutuhan tersebut mengalami perubahan yang dapat diminimalkan dengan melakukan selfcare antara lain melakukan latihan/olahraga, diet yang sesuai, dan pemantauan kadar glukosa darah.
  2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan), klien dengan DM mengalami perubahan fungsi perkembangan yang berkaitan dengan fungsi perannya. Perubahan fisik pada klien dengan DM antara lain, menimbulkan peningkatan dalam berkemih, rasa haus, selera makan, keletihan, kelemahan, luka pada kulit yang lama penyembuhannya, infeksi vagina, atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya tinggi).
  3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan), kebutuhan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan kesehatan seperti adanya sindrom hiperglikemik yang dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), hipotensi, perubahan sensori, kejang-kejang, takikardi, dan hemiparesis. Pada klien dengan DM terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan yang harus dipenuhi dengan kemampuan yang dimiliki. Klien DM akan mengalami penurunan pola makan dan adanya komplikasi yang dapat mengurangi keharmonisan pasangan (missal infeksi vagina dan bagian tubuh lainnya).

Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh klien dengan DM menurut Orem disebut dengan self-care deficit. Menurut Orem peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk merawat dirinya sendiri dan mengklasifikasikannya sesuai dengan klasifikasi kemampuan klien yang telah kami sebutkan sebelumnya.

Setelah mengkaji dan mendapatkan informasi yang lengkap barulah perawat mulai bekerja untuk mengembalikan kemampuan self-care klien secara optimal sesuai dengan kondisi aktual klien yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus yang diderita oleh klien.

SiLeNt BRitH…….^_^

Silent birth adalah persalinan yang mengutamakan ketenangan ketika proses melahirkan. Metode ini pertama kali dikemukan oleh L.Ron Hubbard Dianetics :The Modern Science of Mental Health yang berprinsip pada keutamaan ibu hamil dalam persalinan yang diberikan perawatan maksimal dalam lingkungan yang tenang. Persalinan dengan menggunakan metode ini yaitu mengutamakan lingkungan yang tenang sehingga suara dari bidan atau dokter yang umum memberikan komando untuk mengejan atau mengambil napas kurang disarankan dalam metode ini.

Menurut L.Ron Hubbard yang dikutip dalam situs scinetologynews.org bahwa setiap ibu hamil selama persalinan membutuhkan dukungan dari lingkungan yang tenang sehingga ibu hamil tidak mengeluarkan kata-kata ketika berada di ruang bersalin normal. Prinsip yang dilakukan pada saat silent birth yaitu tidak berbicara saat persalinan dijelaskan secara singkat oleh L.Ron Hubbard dalam situs scinetologynews.org menyatakan bahwa biasanya ibu yang sedang bersalin mengutarakan kecemasan dalam ungkapan-ungkapan selama persalinan sehingga akan berdampak buruk pada psikologi ibu ketika sedang melahirkan.

Dengan menjaga suasana persalinan tetap tenang dan tanpa suara dapat melindungi bayi yang baru lahir dari kata-kata yang dianggap akan mempengaruhi psikologi bayi. Dalam menjaga persalinan ini setiap kata yang diucap dalam pikiran reaktif dan memiliki efek aberrative pada ibu dan anak. Seperti yang dikutip dalam situs WebMd.com bahwa pemahaman yang diutarakan oleh L. Ron Hubbard yang pernah menghabiskan waktu di sekolah kedokteran. Berpikir bahwa bayi yang lahir dalam keheningan akan melakukan lebih baik daripada bayi lahir pada suasana yang lebih ramai oleh lingkungan sekitar seperti melahirkan di rumah sakit yang tidak tenang.

Pada umumnya bayi dalam rahim telah mendengar suara-suara orang tua mereka dari waktu kapasitas pendengaran mereka berkembang dan tentu saja pada perkembangan  trimester terakhir, hal ini dinyatakan oleh para ahli yang dikutip dalam situs yang sama WebMd.com seperti Patricia Connor Devine, MD, seorang spesialis kedokteran ibu janin the Labor and Delivery Unit at Columbia University Medical Center. Sehingga kelahiran dengan metode silent birth seringkali ditanyakan manfaat secara ilmiah baik untuk ibu maupun untuk janin.

Dalam melakukan metode ini jelas harus dilakukan oleh orang yang ahli dan mengerti manfaat serta langkah langkah silent birth. Sehingga penyedia layanan dapat memberikan pemahaman kekurangan dan kelebihan yang dilakukan ketika ibu hamil menggunakan metode silent birth tersebut. Perkembangan metode persalinan silent birth, jelas saja hal ini melahirkan kontroversi dikarenakan dalam melakukan persalinan normal, umumnya bidan atau dokter akan memberikan pengarahan untuk mengejan atau menarik napas, begitupula ibu hamil yang mengeluarkan suara selama proses persalinan dinilai alamiah.

Demam Berdarah Dengue…………………….pada Anak, Waspadalah!!! -_*

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever / DHF) merupakan penyakit infeksi oleh virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat dan perhatian nasional. Demam Berdarah Dengue pertama kali terjadi di dunia pada tahun 1780-an yang terjadi serentak di Asia, Afrika dan Amerika Utara. Terdapat 100 negara yang saat ini berstatus endemik Demam Berdarah Dengue dan 40% populasi atau sekitar 2,5 milyar orang beresiko terkena Demam Berdarah Dengue karena berada di wilayah tropis dan subtropis (Faisaldo dan Triwibowo, 2013).

Demam berdarah dengue yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aedypti. Demam berdarah dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes Albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim hujan dan musim panas. Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah, sehingga mengakibatkan pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan Demam Berdarah Dengue. Infeksi virus dengue terus mengalami peningkatan prevalensi (Soedarto, 2012).

Penyakit infeksi virus dengue banyak menyerang kelompok umur 5-9 tahun, 10-15 tahun, dan 15-44 tahun. Hasil-hasil penelitian para peneliti menunjukan adanya hubungan perubahan iklim, kelembapan, kepadatan larva aedes aegypti, perilaku bersih dan sehat belum terwujud dan lingkungan hidup yang belum memadai dengan kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue (Soedarto, 2012).

Menurut WHO, sekitar 2,5-3 milyard manusia yang hidup di 112 negara tropis dan subtropis berada dalam keadaan terancam infeksi dengue. Setiap tahunnya sekitar 50-100 juta penderita dengue dan 500.000 penderita demam berdarah dengue dilaporkan oleh WHO di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sekitar 22.000 jiwa, terutama anak-anak. Pada masa 50 tahun terakhir, insiden dengue di seluruh dunia telah meningkat 30 kali lipat, sedangkan di Amerika demam dengue dan demam berdarah dengue pda tahun 1995 meningkat sekitar 4 kali lipat pada tahun 2000 (Soedarto, 2012).

Di Asia Tenggara Demam Berdarah Dengue pada saat ini merupakan penyebab utama rawat inap di rumah sakit dan penyebab kematian tertinggi pada anak-anak. Indonesia merupakan negara Asia Tenggara yang paling banyak melaporkan penderita Demam Berdarah Dengue. Sejak tahun 1982 di Singapura, lebih dari 50% kematian terjadi pada penderita berumur di atas 15 tahun, sedangkan di Indonesia infeksi Dengue lebih banyak diderita oleh kelompok dewasa muda. Pada epidemi tahun 2000, sekitar 82% penderita infeksi dengue yang rawat inap di rumah sakit adalah orang dewasa, sedangkan semua kematian akibat penyakit ii dialami ole penderita berumur di atas 5 tahun (Soedarto, 2012).

Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada tahun 1968, sedangkan di Jakarta kasus pertama dilaporkan terjangkit ppada tahun 1969. Banduung dan Yogyakarta terjangkit pada tahun 1972. Di luar Jaawa seperti Sumatera Barat, Lampung, Riau, Sulawesi Utara dan Bali berturut-turut dilaporkan tahun 1972-1973. Pada tahun 1974 dilaporkan terjadi wabah di Kalimantan Selatan dan NTB dan pada tahun 1994 telah menyebar ke 27 provinsi di Indonesia. Di Indonesia pengaruh musim terhadap Demam Brdarah Dengue tidak begitu jelas tetapi dalam garis besarnya dapat ditemukan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue meningkat antara bulan September sampai Februari dan puncaknya di bulan Januari (Misnadiarly, 2009).

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Indonesia menempati urutan tertinggi kasus Demam Berdarah Dengue tahun 2010 di Asean, dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Di Rektorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL kemkes RI), melaporkan kasus Demam Berdarah Dengue tahun 2011 di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang (Ditjen PP dan PL kemkes RI, 2012).

Penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah di Provinsi Sumatera Barat. Dinas kesehatan Sumatera Barat mencatat kasus Demam Berdarah Dengue sampai agustus 2011 sebanyak 799 kasus. Angka tersebut jauh menurun jika dibandingkan dengan agustus 2010 yang mencapai sebanyak 1.377 kasus sedangkan sepanjang 2010 jumlah kasus Demam Berdarah Dengue mencapai 1.795 kasus (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2012).

Berdasarkan data yang didapat dari Rekam Medis RSUD Dr. Muhammad Zein Painan bahwa selama 3 bulan terakhir ini dari bulan Juli-September 2014 kasus Demam Berdarah Dengue merupakan kasus yang paling banyak terjadi, yaitu sebanyak 44 anak yang terdiagnosa mengalami Demam Berdarah Dengue. Dibandingkan dengan kasus lainnya, seperti diare dan febris yang kasusnya turun, Demam Berdarah Dengue di Ruang Anak mengalami peningkatan setiap bulannya (Rekam Medis RSUD Dr. Muhammad Zein Painan, 2014).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus Demam Berdarah Dengue untuk di ajukan sebagai Laporan Studi Kasus.

  • Tujuan Penulisan
    • Tujuan Umum

Dapat melaksanakan Asuhan Kesehatan Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014” secara komprehensif dengan pendokumentsian Varney.

  • Tujuan Khusus
    • Dapat melaksanakan pengkajian data Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
    • Dapat menginterpretasi data dasar meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan yang dapat terjadi Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
    • Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
    • Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
    • Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kesehatan Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
    • Dapat melaksanakan tindakan asuhan kesehatan Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
    • Dapat mengevaluasi hasil tindakan asuhan kesehatan yang telah dilaksanakan Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
    • Dapat mendokumentasikan asuhan kesehatan yang dilaksanakan Pada Anak “A” Umur 11 Tahun Dengan Dengue Haemorrhagic fever Grade I di Ruang Anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tanggal 17-21 September 2014.
  • Manfaat Penulisan
    • Bagi Penulis
      • Sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas perkuliahan di Program Studi DIII Kebidanan STIKes Mercubaktijaya Padang.
      • Mengaplikasikan secara langsung teori yang di dapatkan selama perkuliahan dalam menerapkan asuhan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
      • Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan kesehatan pada klien serta merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bermanfaat sebagai dalam membantu mengatasi masalah yang terjadi pada klien di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
    • Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah sumber kepustakaan agar mempermudah mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan sebagai bahan perbandingan antara tinjauan kepustakaan dengan kasus yang di temukan.

  • Bagi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
    • Mengevaluasi kesesuaian antara teori dengan praktik asuhan kesehatan yang diberikan Pada pasien.
    • Menambah wawasan bagi tenaga kesehatan khususnya di Ruang Anak mengenai asuhan kesehatan guna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan serta menjaga mutu pelayanan kesehatan.
  • Bagi Klien/keluarga
    • Menambah wawasan mengenai tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue (DHF) pada anak.
    • Dapat mencegah terjadinya Demam Berdarah Dengue dan memberikan dukungan psikologis pada anak..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

  • Tinjauan Teori Demam Berdarah Dengue
    • Pengertian

Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut Dengue Hemerragic Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan system pembekuan darah, sehngga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Soedarto, 2012).

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang berbahaya yang dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah. Indonesia menurut WHO termasuk kedalam negara endemik Demam Berdarh Dengue (WHO, 2010). Demam Dengue atau Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, sedangkan Demam Berdarah Dengue juga merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan melalui nyamuk Aedes Aegypti yang disertai manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan syok serta kematian (misnadialy, 2009).

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Abopictus. Demam berdarah Dengue dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak dibawah 15 tahun (Faisaldo dan Triwibowo, 2013)DBD adalah merupakan penyebab umum demam diantara turis Amerika Tengah, Iindia, Cina Tenggara, dan Asia Tenggara. Turis yang tinggal lebih lama dan hidup di daerah pedesaan dengan akomodasi yang tidak diskrining dengan baik adalah yang paling beresiko. Sulit untuk menghindari gigitan serangga karena kebiasaan menggigit terjadi di siang hari. Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong “susah dibedakan” dari peyakit demam berdarah lainnya (Soedarto, 2012).

  • Etiologi

     Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbivirus B, yaitu Arthropod-Borne virus yang disebarkan oleh Arthropoda. Vektor uttama penyakit Demam Berdarah Dengueadalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes Albopictus (daerah pedesaan). Nymuk yang menjadi faktor penyakit Demam Berdarah adalah nyamuk yang menjadi infeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darah). Menurut laporan terakhir, virus dapat puala dituarkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya (Kunoli, 2013).

     Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit Demam Berdarah Dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu (Kunoli, 203).

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4×106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang semua nya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ini ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak (Soedarto, 2012).

Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat member gejala sebagai Demam Dengue, Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke system retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. (Soedarto, 2012).

Wilayah Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis, sehingga sering terjadi musim penghujan. Demam Berdarah Dengue memang mencapai uncanya pada musim hujan, tetapi bukan tidak mungkin penyakit tersebut dapat muncul di bulan lain seperti pada musim kemarau. Karena pada musim penghujan perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti menjadi meningkat, dimana pada saat itu trjadi banyak genangan air yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk. Akan tetapi apabila pada musim kemarau, sepanjang nyamuk Aedes Aegypti masih ada dan tersedianya airsebagai srana siklus perkembangiakannya, maka kasus Demam Berdarah Dengue tetap rawan terjadi (Faisaldo dan Triwibowo, 2013).

  • Patofisiologi

Umumnya, demam dengue merupakan penyakit saat seseorang terinfeksi salah satu serotype virus dengue untuk pertama kalinya. Misalnya, DEN-1 atau DEN-2. Hal ini terjadi paling tidak 6 bulan – 5 tahun sebelum seseorang terinfeksi virus DBD. Demam dengue merupakan akibat paling ringan yang ditimbulkan virus dengue. Orang yang tidak mengerti sering menyebutnya sebagai gejala demam berdarah. Hal ini dikarenakan gejalanya yang hamper serupa, seperti demam tinggi mendadak, sakit kepala berat, nyeri persendian dan otot, mual, muntah, dan dapat timbul ruam (Soedarto, 2012).

Sebelum seorang terkena DBD, didalam tubuhnya telah ada satu jenis serotype virus dengue (serangan pertama kali). Biasanya, serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Ia akan kebal seumur hidup terhadap serotype yang menyerang pertama kali itu. Namun, hanya akan kebal maksimal 6 bulan-5 tahun terhadap serotype virus dengue lainnya. Misalnya, seseorang terinfeksi DEN-1. Ia akan kebal seumur hidup terhadap serotype itu dan hanya maksimal 6 bulan-5 tahun ia kebal terhadap DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serangan virus dengue kedua kali inilah yang mengakibatkan demam berdarah dengue (Soedarto, 2012).

Masa inkubasi DBD dimulai dari gigitan sampai timbul gejala, berlangsung selama dua minggu. Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus tersebut berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan virus dengue maka orang tersebut akan mengalami berbagai gejala DBD (Soedarto, 2012).

  • Manifestasi Klinik

Masa inkubasi penyakit DBD adalah 3-15 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya, penderita akan menampakan berbagai tanda dan gejala demam berdarah, seperti berikut :

  • Demam tinggi secara mendadak selama 2-7 hari (38-40°C).
  • Pada pemeriksaan uji Torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
  • Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), BAB dengan kotoran berupa lender bercampur darah (melena), dan lain-lainnya.
  • Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
  • Tekanan darah menurun, hingga menyebabkan shock.
  • Pada pemeriksaan laboratorium (darah), hari ke 3-7 terjadi trombosit dibawah 100.000 per mm (trombositopent) dan terjadi peningkatan nilai hematokrit di atas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi).
  • Timbulnya beberapa gejala klinis yang menyertai, seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang, dan saklit kepala.
  • Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
  • Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
  • Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas  3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan. Pada fase febris, Biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.

Fase kritis, terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.

Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian  cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan diuresis membaik (Soedarto, 2012).

  • Klasifikasi

WHO membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat berdasarkan tingkat keparahan, yaitu :

  • Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

Perdarahan adalah uji torniquet.

  • Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan

lain.

  • Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

Nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di

sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.

  • Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur

(Faisaldo dan Triwibowo, 2013).

Berikut ini adalah tabel derajat penyakit infeksi virus dengue:

Tabel 2.1 Klasifikasi Infeksi Virus Dengue (Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue

Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue Derajat Gejala Laboratorium
Demam Dengue Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro orbital, mialgia, artralgia. Leukopenia, serologi dengue positif.
Demam Berdarah Dengue I Gejala di atas ditambah uji bendung positif Trombositopenia (<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma
Demam Berdarah Dengue II Gejala di atas ditambah perdarahan spontan Trombositopenia (<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma
Demam Berdarah Dengue III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah) Trombositopenia (<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma
Demam Berdarah Dengue IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur Trombositopenia (<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma

Sumber: (Faisaldo dan Triwibowo, 2013).

Demam Berdarah Dengue derajat III dan IV juga disebut Sindrom Syok Dengue (SSD).

  • Komplikasi

Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat berkembang menjadi berat jika terjadi komplikasi-komplikasi berupa ensefalopati, kerusakan hati, kerusakan otak, kejang dan syok. Untuk menentukan diagnosis dengue dengn cepat, terutama jika berada di daerah rural, digunakan Rapid Diagnostic Test Kits yang dapat menentukan juga apakah penderita mengalami infeksi dengue primer dan sekunder. Pemeriksaan serologi atau Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan untukmemastikan diagnosis dengue jika terdapat indikasi klinis (Soedarto, 2012).

  • Diagnosis

Digosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis). Kriteria klinis demam dengue adalah demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis seperti nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif), leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien demam dengue atau demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.

Kriteria Klinis:

  • Demam akut mendadak 2-7 hari, bersifat bifasik.
  • Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
  1. Uji tourniket positif
  2. Petekie, ekimosis, purpura
  3. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
  4. Hematemesis dan melena
  • Kriteria Laboratoris:
  1. Trombositopenia (100.000/ mm3 atau kurang)
  2. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
  • Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
  • Penurunan hemtokrit >20% setelah mendapatkan terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
  • Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
  • Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia atau peningkatan hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue. Efusi pleura dan atau hipoalbumin, dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia, mendukung diagnosa demam berdarah dengue (Soedarto, 2012.
    • Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke-3). Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari ke 3-8 sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari ke 3 demam. Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan terjadinya gangguan koagulasi dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin.

Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 1–2 minggu), serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik virus melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal serta mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif semu (Soedarto, 2012).

Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, sedangkan pada infeksi sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 2 (Soedarto, 2012).

Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG (Soedarto, 2012).

2.1.9 Penatalaksanaan

Perbedaan utama patofisiologi Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue/Dengue Syok Sindrom dan penyakit lain adalah adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabka terjadinya pembesaran plasma dan gangguan hemostasis (Soedarto, 2012).

Gambaran klinis yang khas terjadi pada Demam Berdarah/Dengue Syok Sindrom:

  1. Demam tinggi mendadak
  2. Diastesis hemoragik
  3. Hepatomegali
  4. Kegagalan sirkulasi

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue berhasil jika diagnosis dini Demam Berdarah dapat dideteksi dengan memantau fase kritis pada waktu suhu badan menurun, untuk mengetahui adanya pembesaran plasma dan adanya gangguan hemostasis. Pembesaran plasma diketahui jika hematokrit diatas 20% dan gangguan hemostasis diketahui dengan enurunan jumlah trombosit yang kurang dari 100.000/pl (Soedarto, 2012).

Jika hematokrit lebih dari 20% merupakan indikasi pemberian cairan awal misalnya larutan garam isotonik atau ringer laktat. Pengawasan dilakukan pada keadaan hematokrit yang selalu meningkat dan trombosit yang kurang dari 50.000/pl (Soedarto, 2012).

Penderita Demam Berdarah Dengue derajat I dan II dirawat di Puskesmas, Rumah Sakit kelas D dan C di ruang rawat sehari di Rumah Sakit kelas B dan A (Soedarto, 2012).

2.1.9.1 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue fase Demam

Pada Demam Berdarah Dengue fase demam, tatalaksana sama dengan tatalaksana untuk Demam Dengue, simptomatik dan suportif, dengan memberikan cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Jika tidak bisa minum, muntah atau nyeri perut, diberikan cairan intravena (Soedarto, 2012).

Untuk mengatasi demam diberikan paracetamol. Untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi rasa haus, penderita dapat diberi jus buah, air teh manis, sirup, susu, dan larutan oralit. Air minum diberikan 50 ml/kg berat badan pada 4-6 jam pertamam. Sesudah dehidrasi teratasi, anak diberi cairan rumatan 80-100 ml/kg berat badan dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum ASI tetap harus diberikan ASI di smaping diberikan cairan oralit. Jika bayi mengalami kejang demam, selain antipiretik diberikan juga obat anti kejang selama demam (Soedarto, 2012).

Penderita harus selalu dalam pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya syok, terutama fase kritis, yaitu pada waktu suhu badan menurun pada hari ke 3 sampai hari ke 5 fase demam. Pemeriksaan hematokrit harus dilakukan teratur untuk mengawasi hasil pemberian cairan intravena dan memantau pembesaran plasma. Hematokrit harus diperiksa sedikitnya satukali sejak hari ke 3 sakit sampai suhu badan kembali normal. Jika alat pemeriksa hematokrit tidak ada, dpat digunakan alat pegukur Hbb sahli dengan pedoman hematokrit = 3x kadar Hb. Umumnya hemokonsentrasi terjadi sebelum penderita mengalami perubahan tekanan nadi dan tekanan darah (Soedarto, 2012).

  • Penggantian Volume Plasma

Karena pada Demam Berdarah Dengue terjadi pembesaran plasma, maka volume plasma yang hilang harus segera diganti secara hati-hati dan dalam pengawasan ketat. Cairan pertama kali diberikan pada 2-3 jam pertama, dan jika penderita dalam keadaan syok, cairan pengganti diberikan setiap 30-60 menit. Pada 24-28 jam berikutnya, tetesan cairan disesuaikan dengan tanda-tanda vital penderita , kadar hemokrit dan jumlah ekskresi urin (Soedarto, 2012).

Indikasi utuk memberikn cairan intravena adalah:

  1. Penderita tidakdapat minum atau tidak mau minum.
  2. Muntah terus menerus.
  3. Demam tinggi.
  4. Hematokrit selalu naik (Soedarto, 2012).
    • Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kesehatan Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue
      • Pengkajian Data
        • Data Subyektif

Menurut (Mufdililah &Hidayat, 2009) yaitu informasi yang dikembangkan oleh bidan dalam hubungan antar personal yang efektif dengan pasien/ klien yang diwawancarai. Adapun data subyektif meliputi:

  1. Identitas/Biodata
  • Nama

Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasien karena pasien

kemungkinan memiliki nama yang sama.

  • Umur

Untuk membedakan identitas pasien dengan pasien lain dan untuk                             menentukan pemberian terapi yang sesuai pada pasien.

  • Suku dan Bangsa

Untuk menentukan sikap dan tata bahasa yang digunakan untuk                                             berkomunikasi kepada paien dan keluarga.

  • Agama

Dalam hal ini berhubungan dengan tingkat penderitaan sesuai                                                 dengan keyakinan dan untuk mengkaji keadaan spiritual pasien.

  • Pendidikan dn Pekerjaan

Untuk mengethui kondisi sosial dan emosional pasien.

  • Alamat

Untuk mengetahui dimana tempat tinggal pasien dan apakah daerah                                       tersebut merupakan daerah endemik untuk penyakit Demam                                             Berdarah Dengue.

  1. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan pasien Demam Berdarah Dengue adalah Demam tinggi secara mendadak selama 2-7 hari (38-40°C), tekanan darah menurun, mual muntah, penurunan nafsu makan, sakit perut, diare, menggigil, kejang, sakit kepala, dan mengalami perdarahan pada gusi atau hidung (Soedarto, 2012).

  1. Riwayat kesehatan

1)         Riwayat Kesehatan Sekarang

Menjelaskan tentang kondisi pasien secara umum saat pasien                                                  mengalami Demam Berdarah Dengue.

2)         Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengakaji apakah pasien pernah menderita Demam Berdarah                                                 Dengue sebelumnya dan untuk mengketahui apa saja penyakit yang                                 pernah dialami pasien.

3)         Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengkaji apakah keluarga dari pasien pernah mengalami                                              penyakit yang sama dan apakah ada penyakit yang diturunkan dari                                   keluarga ke pasien.

  1. Genogram

Untuk mengetahui status pasien dalam silsilah keluarga.

  1. Kebiasaan hidup sehari-hari

Untuk mengetahui pola hidup pasien seperti personal hygiene, pola                                     makan dan minum pasien, pola eliminasi, pola istirahat dan aktifitas                               sehari-hari pasien.

  • Data Objektif
  1. Keadaan Umum

Untuk menjelaskan keadaan pasien secara umum apakah lemah, sedang                  atau baik.

  1. Kesadaran

Untuk menilai tingkat kesadaran pasien, dalam keadaan demam pasien                   bisa saja kesadarannya composmetis, somnolen, apatis bahkan koma.

  1. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah :           Tekanan darah pada pasien yang mengalami                                                                                      Demam Berdarah Dengue biasanya akan menurun                                                                               dari kondisi normal pasien.

Nadi                            :           Nadi pasien biasanya juga lemah terutama jika                                                                                              pasien mengalami syok.

Suhu                            :           Pasien dengan Demam Berdarah Dengue tentu                                                                                             akan mengalami demam tinggi.

Pernafasan                   :           Biasanya nafas pasien akan sedikit sesak.

  1. Pemeriksaan Khusus

Inspeksi:

Kepala dan rambut      :           Melihat kebersihan kepala dan rambut pasien.

Mata                                        :           Pada pemeriksaan mata biasanya ditemukan                                                                                      konjungtiva pasien pucat, karena tekanan                                                                                                      darah                                                                                                                                                                                                   dan trombosit pasien mengalami penurunan.

Muka                                       :           Dinilai apakah terdapat udem atau tidak.

Mulut dan gigi                        :           Dinilai kebersihan mulut dan gigi pasien.

Leher                                       :           Dinilai apakah terdaat pembengkakan kelenjar                                                                                              pada leher.

Abdomen                                :           Dinilai bagaimana keadaan perut pasien.

Ekstremitas                             :           Dinilai apakah ada perdarahan di kulit pasien                                                                                                (bintik merah) biasanya tanda ini akan                                                                                                                       terdapat pada semua tingkatan Demam                                                                                                          Berdarah Dengue kecuali Grade I.

Palpasi:

Biasanya akan terdapat tanda seperti ada nyeri tekan di epigastrium, akral hangat dan turgor kulit akan sesuai dengan tingkatan Demam      Berdarah Dengue pasien.

Uji Torniquet:

Uji ini untuk menentukan apakah pasien positif mengalami Demam Berdarah Dengue atau tidak. Jika pasien mengalami Demam Berdarah dengue tentu hasilnya akan positif.

  1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan Demam Berdarah dengue   adalah pemeriksaan darah pasien untuk menilai kadar haemoglobin, trombosit,     hematokrit, leukosit pasien. Pada pasien Demam Berdarah Dengue akan mengalami Trombositopenia.

  • Interpretasi Data Dasar

Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman yang diidentifikasi oleh bidan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  1. Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang berkaitan dengan keadaan anak (Ambarwati dan wulandari, 2010).

Diagnosa : AN… umur … tahun , dengan Dengue Haemorrhagic Fever Grade… .

  1. Masalah

Masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil pengkajian (Varney, 2004).

Masalah yang sering terjadi pada Demam Berdarah Dengue adalah badan terasa lemas dan tidak nafsu makan.

  • Mengidentifikasi masalah dan atau dignosa potensial

Mengidentifikasi masalah dan atau dignosa potensial lain berdasarkan       masalah (Varney,2004). Diagnose potensial yang sering terjadi pada

Kasus Demam Berdarah Dengue adalah: DHF Grade II, III, IV dan syok.

  • Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Antisipasi masalah mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.Tindakan ini bertujuan agar kegawat daruratan yang dikhawatirkan dalam diagnosea potensial tidak terjadi (Varney,2004).

Penanganan segera yang dapat di lakukan pada pasien Demam Berdarah Dengue adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemantauan keadaan anak dan untuk pemberian terapi.

  • Intervensi atau Merencanakan asuhan yang komprehensif menyeluruh

Pada langkah ini seorang bidan merumuskan tindakan yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan kemudian membuat kesepakatan bersama. Sebelum melaksanakanya semua keputusan dilakukan berdasarkan pengetahuan dan prosedur yang telah ditetapkan dengan pertimbangan apakah itu perlu (Varney,2004). Asuhan kesehatan yang direncanakan (WHO, 2004) yaitu :

  1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok
  2. Pemberian cairan pada tersangka DBD di ruang rawat
  3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%
  4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD
  5. Tatalaksana sindroma syok dengue
    • Implementasi atau Melaksanakan perencanaan
  6. Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien. Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat.
    • Langkah ke VII. Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir untuk mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, mengulangi kembali manajemen yang belum aktif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Varney, 2004).


BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KESEHATAN PADA AN. “A” UMUR 11 TAHUN DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE 1

DI RSUD MUHAMMAD ZEIN PAINAN

TANGGAL 17-21 SEPTEMBER 2014

 

No MR                                    : 180055

TGL/Jam Masuk         : 17 September 2014, jam 12.30 wib

 

  1. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
  1. Data Subjektif
    1. Identitas / Biodata

Nama                              : An. “ A“

Umur                              : 11 tahun

Suku                               : Minang

Bangsa                           : Indonesia

Agama                            : Islam

Pendidikan                     : SD

Pekerjaan                        : Pelajar

Alamat Rumah   : Pasar Baru, Bayang

No. Telp            :   –

Keluarga yang mudah dihubungi:

Nama                              : Tn “H”

Alamat                           : Pasar Baru, Bayang

No. Telp             : 0812xxx

  1. Keluhan Utama
  • Pasien demam sejak seminggu yang lalu
  • Pasien mengalami mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu
  • Pasien mengeluhkan mengalami sakit kepala sejak 3 hari yang lalu
  • Pasien mengatakan tidak nafsu makan
  • Pasien mengatakan badannya terasa lemas
  1. Riwayat Kesehatan
  • Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 september 2014 Jam 12.30 wib, pasien mengeluh demam tinggi sejak seminggu yang lalu, demam naik turun, sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, pegal- pegal, mual sampai muntah sejak 3 hari yang lau, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, dan pasien merasa lemas.

  • Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan baru pertama kali menderita sakit seperti ini, dan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.

  • Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang lain yang pernah mengalami keluhan yang sama dengan yang dialami pasien.

  1. Genogram

 

 

                                                                                                    

 

 

                                                                                                            

 

 

 

 

 

                                                              

 

Keterangan:

 

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal Serumah

 

                     : Pasien ( yang sakit ).

 

  1. Kebiasaan hidup sehari-hari
  • Personal hygiene

Sebelum Sakit:

Mandi                              : 2 kali sehari

Sikat gigi                         : 2 kali sehari

Keramas                           : 1 kali sehari

Saat Sakit :

Mandi                              : 1 kali sehari

Sikat gigi                         : 2 kali sehari

Keramas                           : 1 kali 3 hari

2)       Pola makan dan minum

Sebelum Sakit :

Pagi                      :1/2 piring lontong + air putih

Siang                    :1 piring nasi putih + 1 potong lauk + 1/2 potong tahu                                   + air putih

Malam                  :1/2 piring nasi putih + 1 potong lauk + air putih

( Pasien sering makan tidak teratur )

Saat Sakit :

Pagi                      : 2 potong roti roma + 1 gelas kecil teh manis

Siang                    : 2 sendok nasi putih + 1/4 potong lauk + 1/4 gelas                          kecil air putih

Malam                  : tidak mau makan hanya minum putih 1/2 gelas dan 2                                        sendok teh manis

3)      Pola eliminasi

BAK                                                                                BAB

Frek                     : 7-8 kali sehari                        Frek     : 1 kali sehari

Warna                  : Kuning                                  Warna  : Kecoklatan

Keluhan               : Tidak ada                              Konsistensi      : Lunak

Keluhan           : Tidak ada

4)          Pola istirahat

Sebelum Sakit :

Istirahat (tidur) siang      : 30 menit – 1 jam

Istirahat (tidur) malam   : 6 – 7 jam

Saat Sakit :

Istirahat (tidur) siang      : 15 menit

Istirahat (tidur) malam   : 5-6 jam

  • Aktifitas sehari-hari

Pasien adalah seorang pelajar SD.

 

  1. Data Objektif
  2. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum        : Lemah

Kesadaran                 : Composmetis

BB                             : 26 kg

TB                                       : 146 cm

TTV:

TD                               : 110/70 mmHg

Nadi                : 82 x/menit

S                                  : 39,8 ºC

P                                  : 25x/menit

  1. Pemeriksaan Khusus

Inspeksi

Kepala                       : Bersih

Rambut                      : Bersih, hitam, tidak rontok dan tidak berketombe

Mata                          : Conjungtiva pucat dan sclera tidak ikterik

Muka                         : Tidak ada oedema

Mulut                         : Bersih, tidak ada stomatitis

Gigi                            : Tidak ada karies

Leher                         : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada                                    pembengkakan kelenjar limfe

Abdomen                   : Perut datar

Ekstemitas                 : Tidak terdapat bintik merah di tangan pasien.

Palpasi

Ada nyeri tekan di epigastrium, akral hangat, turgor kulit baik.

uji Tourniquet positif ( + ).

  1. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Pada tanggal : 17 September 2014

Hb                            : 13,5 gr%                    Nilai normal:   12 – 16 gr%

Leukosit                   : 4.000 / mm3                                                                  5. 000 – 10. 000 / mm3

Hematokrit               : 45 %                                                                        38 – 43 %

Trombosit                 : 65.000 / mm3                                                                 150. 000 – 400. 000 /                                                                                                          mm3

Painan, Sepember 2014

Petugas Kesehatan                                                                                                           Klien/Keluarga

(…………………………………….)                                                                           (……………………………..)

keHamiLan TM II (bulan Ke 4-6)……..La.La.La *_*

Fase kehamilan trimester kedua dikatakan fase yang membahagiakan buat ibu hamil, karena difase ini usia kehamilan sudah mencapai 4 – 6 bulan dimana perkembangan janin sudah membentuk. Rasa mual dan muntah yang sering dialami pada trimester pertama kini mulai berkurang, dan kondisi badan mulai terasa lebih nyaman.
Namun keluhan-keluhan tetap saja ada pada trimester kedua ini. Kehamilan yang semakin besar membuat sang ibu akan terasa sesak saat bernafas meskipun tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat. Hal ini sering terjadi dan dianggap wajar-wajar saja karena kehamilan yang membesar membuat paru-paru terdesak, sehingga menyulitkan untuk bernafas. Untuk mengatasinya, ibu hamil sering melakukan latihan yoga untuk melatih pernapasan serta menjaga kondisi badannya.

Selain itu, pada kehamilan trimester kedua sering kali terjadi gangguan pada pencernaan. Dimana ibu mengalami kesulitan buang air besar, sebaiknya dalam keadaan seperti ini untuk perbanyak minum air putih, mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar.

Biasanya gairah seksual pada kehamilan trimester kedua meningkat, dikarenakan produksi hormone estrogen mengalami peningkatan yang sangat pesat. Tapi anda perlu hati-hati saat melakukan hubungan, jangan sampai perut yang sudah besar itu terpencet.

Sebaiknya setiap ibu untuk senangtiasa menjaga menjaga kehamilannya dan hindari aktifitas-aktifitas yang dapat berdampak pada kandungan dan juga sang ibu. Adapun yang perlu diperhatikan dan dihindari pada kehamilan trimester kedua adalah sebagai berikut:

  • Hindari dari kebiasaan mengambil barang dalam keadaan membungkuk, karena akan membuat perut anda tertekan. Sebaiknya anda mengambil dalam keadaan jongkok.
  • Jangan melakukan aktifitas yang terlalu berat, cukup dengan melakukan gerakan yang ringan saja.
  • Hindari melakukan gerakan yang tiba-tiba atau spontan, seperti membalikkan badan dengan cepat. Hal ini akan dapat membahayakan janin anda.
  • Perbanyak istirahat agar organ tubuh seperti jantung, hati dan paru-paru tidak bekerja terlalu keras.
  • Mulailah untuk membiasakan memijat dengan lembut payudara anda agar menghasilkan ASI yang cukup buat sang bayi nanti.
  • Hindari memakai sepatu atau sandal hak tinggi.
  • Posisi pada saat anda tidur sebaiknya menyamping agar kandungan terjaga dengan baik.
  • Menggunakan bra yang bagus dan pas ukuran sehingga dapat menyangga payudara ibu dengan baik.
  • Jangan berdiri terlalu lama karena dikhawatirkan nanti pingsan atau terjadi pembekakan pada kaki.
  • Jangan terlalu banyak berpikir yang kadang membuat orang stress atau depresi.

===>ThAnK’Ss

LotUs BRith….+_+

LOTUS BIRTH
Plasenta merupakan toko darah bagi bayi yang mengandung sel-sel induk, besi, oksigen, hormon dan enzim. 1/3 dari total suplai darah bayi berasal dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat.
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat melekat pada kedua bayi dan plasenta setelah kelahiran, tanpa klem atau memutus, dan memungkinkan kabel waktu untuk melepaskan diri dari bayi secara alami. Dengan cara ini bayi, plasenta kabel dan diperlakukan sebagai satu unit detasemen sampai terjadi, umumnya 2-3 hari setelah lahir.
Sejarah Lotus Birth
Negara perintis Lotus birth adalah Amerika. Lotus birth dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan tersebut.

Primatolog Jane Goodall, adalah orang pertama untuk melakukan apapun studi jangka panjang dari simpanse di alam bebas Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta utuh, tidak merusaknya bahkan memotongnya. Hal itu dikenal dengan fakta primatologis. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.

Informasi mengenai lotus birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen serta Yahudi.
Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah “kelahiran teratai” digunakan untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.

Sampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penyakit kuning dan kehilangan berat badan bayi karena tindakan Lotus birth.

Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya
Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan ari-ari atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan barat, plasenta dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tapi mengakui adanya penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia.

Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk menguburkan plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat . Sementara suku Maori di Selandia Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang masih belum tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta tersebut adalah :whenua (baca: venua).

Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami harus memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan mati.

Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran dari bayi yang hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga harus dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar . Kondisi Filipina ternyata tidak berbeda jauh dengan beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana mereka menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar kelak anak yang dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.

Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang baru melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.

Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering dianggap sebagai saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak jarang plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat yang berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tatalaksana khusus, sebagai ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.
Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu) terhadap ari-ari.
1. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai lambang dunia dan isinya.
2. Diisi duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempah-rempah, dan diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.
3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah; sebelah kanan untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.
4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari ari-ari tersebut diberikan susu juga.

Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari
1. Setelah ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.
2. Di dalam kendi disertakan tulisan jawa/Abjad agar kelak nantinya bayi tersebut pandai.
3. Diberikan anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.
4. Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di belakang rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.
5. Sebagian ada yang membuangnya ke sungai , sehingga bayi ini akan suka merantau.

Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap ari-ari
1. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.
2. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.

 
Alasan mengapa Lotus Birth dipilih:
Setiap ibu memiliki alasan sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
1.Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat.
2.Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3.Penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik yang diperlukan bagi bayi.
5.Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6.Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
7.Alasan rohani atau emosional.
8.Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9.Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
10.Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11.Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal)

Manfaat dilakukannya Lotus Birth diantaranya :
1.Tali pusat dibiarkan sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin.
2.Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat mulai bernafas sendiri.
3.Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4.Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusatbila tali pusat dipotong segera, 9,56 hari, ketika berhenti berdenyut 7,16 hari, dan dibiarkan 3,75 hari.


Langkah dilakukannya Lotus Birth
Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :
1.Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup angkat tali tersebut.
2.Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3.Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu..
4.Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5.Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan tepuk-tepuk sampai kering.
6.Tempatkan plasenta di tempat yang kering.
7.Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta.. 8.Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
9.Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
10.bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
11.Meminimalisir pergerakan bayi.
@Bye_Bye

BuMiL”s………..tup tup ^_-



Selamat atas kehamilannya, seringkali pada usia kehamilan yang masih muda anda menebak-nebak pantangan dan keharusan mengkonsumsi jenis makanan. Hal ini tentu saja tujuannya baik untuk dapat menjaga kesehatan dan perkembangan janin anda. Asupan makanan yang sehat sangat diperlukan oleh ibu hamil dikarenakan pada usia ini rentan mengalami keguguran. Selain itu gangguan yang seringkali terjadi pada ibu hamil di trimester pertama adalah mual, muntah hingga kehilangan nafsu makan. Padahal pada usia kehamilan trimester pertama sangat penting untuk memenuhi asupan vitamin dan mineral sehingga dapat berkembang dengan baik.

Lantas bagaimana makanan yang sehat untuk ibu hamil muda? Pada ibu hamil muda bukan berarti harus mengkonsumsi makanan dengan porsi yang lebih banyak akan tetapi memperhatikan kualitas dari makanan yang anda konsumsi. Pengaturan makanan yang anda konsumsi harus tepat sasaran yaitu disesuaikan dengan perkembangan usia kehamilan, kebutuhan dan perkembangan janin.Terlebih bagi awal kehamilan dimana perubahan hormonal dapat meningkatkan sensitivitas yang mempengaruhi ibu hamil muda.

Berikut adalah beberapa panduan makanan yang dapat anda lakukan ketika sedang hamil muda :

1. Sereal

Pada pagi hari seringkali menjadi masalah bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan. Sehingga anda dapat mengatasi gangguan mual, muntah dan kehilangan nafsu makan dengan mengkonsumsi sereal. Sereal selain memiliki variasi rasa yang dapat disesuaikan dengan anda juga mengandung aneka mineral, vitamin B, karbohidrat, kalsium yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi janin. Kandungan dari gandum utuh dapat mengandung energi dan serat yang disesuikan dengan kebutuhan ibu hamil.

2. Produk susu

Kandungan yang terdapat di dalam susu dapat membantu anda dalam mendukung pertumbuhan jaringan baru pada bayi, memperbaiki jaringan yang rusak dan pembentukan otot dan juga transportasi oksigen ke janin. Dengan terpenuhinya kebutuhan protein dan mineral maka dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan bayi. Pilihan susu kedelai dapat menjadi alternatif anda yang mempunyai kecukupan vitamin D dan rasa yang berbeda juga tambahan manfaat bagi ibu hamil.

3. Buah dan Sayur

Pada kehamilan trimester pertama kandungan vitamin C dari jus jeruk dibutuhkan untuk menambah kekebalan tubuh dan memerangi infeksi. Selain itu kandungan dari asupan makanan yang kaya akan kandungan zat besi dapat mencegah dari anemia. Lengkapi pula dengan tambahan sayuran yang mengandung zat besi yang didapat dari sayuran hijau dan mampu meningkatkan hemoglobin ke sel-sel tubuh dan memberikan energi.

4. Ikan

Makanan yang mengandung protein dan asam lemak omega 3 dapat membantu pembentukan otak janin meskipun demikian anda harus berhati-hati karena kandungan merkuri pada jenis ikan tertentu akan menggangu perkembangan janin. Hindari pula mengkonsumsi ikan yang mentah karena dapat meningkatkan kadar lemakk jenuh di dalam tubuh.

5. Kacang-kacangan

Tambahkan pula makanan jenis kacang-kacangan yang diperlukan dalam pengembangan sistem saraf pada bayi misalnya kacang hijau yang akan kandungan asam folat dan vitamin B. Selain itu kacang-kacangan berguna bagi energi dan kekebalan tubuh ibu hamil muda.

6. Air dan Vitamin

Kandungan air dan vitamin penting untuk diperhatikan. Bagi ibu hamil yang seringkali mengalami mual maka anda dapat mengkonsumsi lebih banyak air putih yang dicampurkan dengan sari buah tanpa tambahan gula.

Penting untuk menambah vitamin yang mendukung masa kehamilan apalagi diusia kehamilan muda. Anda dapat berkonsultasi terlebih dahulu pada bidan atau dokter untuk mendapatkan vitamin yang sesuai dengan kebutuhan kandungan anda.

Adapun contoh panduan makanan yang dapat anda gunakan pada kehamilan trimester pertama adalah sebagai berikut :

Sarapan.

  1. Jus Buah
  2. Nasi Goreng
  3. Telur mata sapi
  4. Susu / susu khusus kehamilan

Makan siang.

  1. Nasi
  2. Sayur Bening
  3. Ikan bumbu kuning
  4. Tempe goreng
  5. Buah Jeruk

Makan Malam.

  1. Nasi
  2. Bistik
  3. Bakwan Jagung
  4. Selada Buah
  5. Susu (menjelang tidur)

salpingitis…….^_^

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    LatarBelakang

RadanggenetaliainternapadaSalpingitis.Salpingitisadalahinfeksidanperadangan di saluran tuba.Hal iniseringdigunakansecarasinonimdenganpenyakitradangpanggul ( PID ), meskipun PID tidakmemilikidefinisi yang akuratdandapatmerujukpadabeberapapenyakitsalurankelaminbagianatasperempuan, sepertiendometritis , ooforitis , myometritis , parametritisdaninfeksipada peritoneum pelvis. Sebaliknya, salpingitishanyamerujukkepadainfeksidanperadanganpada tuba falopii.

 

1.2    RumusanMasalah

  1. Apapengertiansalpingitis ?
  2. Apatandasalpingitis ?
  3. Apagejalasalpingitis ?
  4. Apapenanganannya ?

 

1.3    TujuanMakalah

  1. Mengetahuiapapengertiansalpingitis.
  2. Mengetahuitandasalpingitis
  3. Mengetahuigejalasalpingitis
  4. Mengeahuibagaimanapenanganannya

 

1.4    ManfaatMakalah

Penulisdapatmengaplikasikanilmu yang telahdidapatkanselamapendidikan.

 

1.5    Metode Yang Digunakan

Metode yang digunakan,penulis menggunakan metode penelitian dengan cara mencari informasi dari buku dan internet.

 

 

BAB II
PEMBAHASAN

 

2.1    Pengertian Salpingitis

 

Infeksidarisalahsatutabungfallopibiasanyamenyebabkaninfeksi yang lain. Haliniterjadikarenabakteribermigrasimelaluipembuluhgetahbening di dekatnya.Salpingitisadalahsalahsatupenyebab paling umumdariketidaksuburanwanita.Jikasalpingitistidaksegeradiobati, infeksisecarapermanendapatmerusak tuba falopisehinggatelurdilepaskansetiapsiklusmenstruasitidakdapatbertemudengansperma.Salpingitiskadang-kadangdisebutpenyakitradangpanggul (PID).

Penyakit yang paling seringdikelirukandengankehamilan tuba adalahsalpingitis, yang seringmempunyairiwayatseranganserupatapibiasanyatanpariwayathaid yang terlambat.Padasalpingitisperdarahan abnormal tidakbegituseringsepertigejala spotting yang menjadicirikhaskehamilan tuba.Rasa nyeridannyeritekanlebihbesarkemungkinannyaterdapat bilateral padasalpingitis.Padakehamilan tuba, benjolanpadapanggulbilaterabaakandijumpai unilateral, sedangkanpadasalpingitis, keduafornikskemungkinansama-samamemberikantahanandan rasa nyeriketikaditekan. Sebenarnyabenjolanuniteral yang dijumpaipadasalpingitisharusmenimbulkanpemikiransegeraterhadappemikirankehamilan tuba dengankomplikasiinfeksi.

Dicker dkk. (1984) melaporkanserikasus yang terdiriatas 8 orang wanitadengangambaranklinikabsespelvikatautubo-ovarii unilateral.Diagnosis prabedah yang benardibuatberdasarkanhasilpemeriksaan serum yang positifuntukhormonkorionikgonadotropin.

Suhupadasalpingitisakutbiasanyamelebihi 38 C. Jikaadakecurigaanterhadapkemungkinankehamilanektopik, tes yang sensitifuntukkorionik gonadotropin dapatsegeradiminta.Hasilteskehamilan yang positifmerupakaninformasipenting.Hasilteskehamilan yang negatiftidakmenyingkirkankemungkinankehamilandanpemeriksaankronik gonadotropin serum harusdilakukanbila diagnosis kehamilanhendakdisingkirkan.

Salpingitisadalahinfeksidanperadangan di salurantuba.Haliniseringdigunakansecarasinonimdenganpenyakitradangpanggul ( PID ), meskipun PID tidakmemilikidefinisi yang akuratdandapatmerujukpadabeberapapenyakitsalurankelaminbagianatasperempuan, sepertiendometritis , ooforitis , myometritis, parametritisdaninfeksipada peritoneum pelvis. Sebaliknya, salpingitishanyamerujukkepadainfeksidanperadanganpada tuba falopii.

Selainitu, salurantelur yang rusakmeningkatkanrisikokehamilanektopik .Dengandemikian, jikaseseorangmemilikisalpingitis, risikokehamilanektopikadalahmenjadi 7 sampai 10 kali lipatlebihbesar.Setengahdarikehamilanektopikadalahkarenainfeksisalpingitis.

  1. Komplikasi lain adalah:

o   Infeksiindungtelurdanrahim

o   Infeksipadapasanganseks

o   Suatuabsespadaovarium

  1. Ada duajenissalpingitis: salpingitissalpingitisakutdankronis.
  2. SalpingitisAkut:

Dalamsalpingitisakut, saluran tuba menjadimerahdanbengkak, dancairanekstramengeluarkansehinggadindingbagiandalamtabungseringtetapbersatu.Tabungjugadapattetapberpegangpadastrukturterdekatsepertiusus.Kadang-kadang, tabungfallopidapatmengisidanmengasapidengannanah.Dalamkasus yang jarangterjadi, tabungpecahdanmenyebabkaninfeksiberbahayadarironggaperut (peritonitis).

GejalaSalpingitisAkut:

  • Demam
  • Nyerihebat di bagianperutbawah
  • Nyeriperutmakinhebatsaatbatuk, bersin
  • Nyeriperutmakinhebatsaatpipis, buang air besar
  1. SalpingitisKronis

Salpingitiskronisbiasanyamengikutisuatuseranganakut.Infeksiinilebihringan, lebihtahan lama dantidakdapatmenghasilkangejalaterlihatbanyak.

Gejalasalpingitiskronik (menahun):

  • Seringnyeriperutbawah
  • Seringsakitpunggungbawah
  • Nyeripadasaatberhubunganseksual
  • Nyeripadasaatbuang air besar/kecil
  • Seringdemamringan
  • Saatmenstruasibanyakdarahygkeluar
  • Lamanyanyerimakin lama makinbertambah
  • Bautidaksedapdari vagina
  1. Diagnosissalpingitisdilakukandengan :
  • Pemeriksaan pelvis
  • Kultur swab cervix
  • Laparoscopy
  • Kultur swab darilaparoscopy

Dapatterjadikesalahan diagnosis salpingitisdenganbeberapapenyakit yang memilikigejala hamper samaseperti :

  • Ususbuntu
  • Hamildiluarkandungan
  • Radangpanggul
  • Salpingo-ooporitis
  • Septic abortion
  • Kistaovariumkoyak
  • Abses di tuba ovary
  • Degenerasileipmyoma
  • Diverticulitis
  • Cystitis
  • Tuberculoussalpingitis

Jenisumumdaribakteri yang menyebabkansalpingitisadalah: Mycoplasma, Staphylococcus, danStreptococcus. Namun, halinijugadapatdisebabkanolehpenyakitmenularseksualsepertigonoredanklamidia.

 

2.2    Tanda

  1. Pruritis

–          Intensitas

–          Saattimbul

  1. Sakit/nyeri

–          Perihdibagianbawah abdomen

–          Nyerihebat

–          kronik

  1. Vaginal dischange

–          Ciri

–          Jumlah

–          Waktutimbul

 

2.3    Gejala

Gejalabiasanyamunculsetelahperiodemenstruasi. Yang paling umumadalah:

  • Abnormal baudanwarnacairan vagina.
  • Nyerisaatovulasi
  • Rasa sakitselamahubunganseksual
  • Sakitdatangdanpergidalamperiode
  • Sakitperut
  • Turunkansakitpunggung
  • Demam
  • Mual
  • Muntah

Beberapakomplikasi yang paling umumsalpingitisadalah:

  • Infeksikestrukturterdekat, sepertiindungtelurataurahim
  • Infeksimitraseks
  • Sebuahabses di ovarium
  • Kehamilanektopik

 

2.4    Penangananya

  1. PenangananSalpingitis:
  • Dirawat di rumahsakit
  • Diberi antibiotic
  • Antibiotic intravena
  • Drainasedenganpembedahanuntukmengeluarkan pus ataucairan
  • Pengangkatan tuba falopii
  1. Komplikasi yang dapatmunculakibatsalpingitis:
  • Tuba falopitersumbat
  • Subfertil
  • Pus di tuba falopi
  • Cairan di tuba falopi
  • Bengkak
  • Radangselaputperut
  • Pelvis bengkak
  • Jaringanparut di pelvis
  • Perlengketan di pelvis

Pemeriksaan yang dilakukanadalahdenganpemeriksaanpanggul ,tesdarahdanlendir swab dokterdapatmendiagnosissalpingitis

Apasajapilihanpengobatanuntuksalpingitis?Pilihanperawatan yang paling umumuntuksalpingitisadalahantibiotik.

  1. Pasiendianjurkanuntuktirah baring padaposisi Fowler.
  2. Berikanantibiotikaspektrumluasdalamdosis yang tinggi:§ Ampisilin 2 g i.v,
  3. kemudian 1 g setiap 6 jam§ ditambahGentamisin 5 mg/kgBBi.vdosistunggal/haridan Metronidazol500 mg i.vsetiap 8 jam.
  4. Lanjutkanantibiotikainisampaipasientidakpanasselama 24 jam.-
  5. Pilihan lain Ampisilin 3,5 gram per oral, disusuldengan 500 mg 4 x sehariselama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram seharidiberikan per oral baikpadaalternatifpertamamaupunkedua.-
  6. Pilihanlain :Doksisiklin 100 mg 2 x sehariselama 10 hari.
  7. Jikapasienmenggunakan AKDR, maka AKDR tersebutharusdicabut.
  8. Jikatatalaksanainitidakmenolong, pasiensebaiknyadirujuk.Komplikasisalpingitis

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1    Kesimpulan

Salpingitisadalahinfeksidanperadangan di saluran tuba.Infeksidarisalahsatutabungfallopibiasanyamenyebabkaninfeksi yang lain. Haliniterjadikarenabakteribermigrasimelaluipembuluhgetahbening di dekatnya.Salpingitisadalahsalahsatupenyebab paling umumdariketidaksuburanwanita.Jikasalpingitistidaksegeradiobati, infeksisecarapermanendapatmerusak tuba falopisehinggatelurdilepaskansetiapsiklusmenstruasitidakdapatbertemudengansperma.Salpingitiskadang-kadangdisebutpenyakitradangpanggul (PID).

Penyakit yang paling seringdikelirukandengankehamilan tuba adalahsalpingitis, yang seringmempunyairiwayatseranganserupatapibiasanyatanpariwayathaid yang terlambat.

Gejalabiasanyamunculsetelahperiodemenstruasi. Yang paling umumadalah:

  • Abnormal baudanwarnacairan vagina.
  • Nyerisaatovulasi
  • Rasa sakitselamahubunganseksual
  • Sakitdatangdanpergidalamperiode
  • Sakitperut
  • Turunkansakitpunggung
  • Demam
  • Mual
  • Muntah

 

 

 DAFTAR PUSTAKA

 

EffendyNasrul. 1998. Dasar-dasarKeperawatanKesehatanMasyarakat.

Syafudin.2006. AnatomiFisiologiuntukMahasiswaKeperawatan. Jakarta: ECG

MamasHealth.com.. http://www.mamashealth.com/women/salpingitis.asp

Sindharti, GM.2008. AsuhanKeperawatanDenganGangguanReproduksi. Malang

BagianObstetridanGinekologi, 1981.Ginekologi. Bandung: FakultasKedokteranUniversitasPadjajaran Bandung

 

ATONIA UTERI

“ATONIA UTERI”

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adapun yang melatarbelakangi makalah ini yang membahas mengenai “ Atonia Uteri” adalah agar kita dapat mengetahui apa itu atonia uteri dan bagaimana cara penatalaksanaan pada atonia uteri. Makalah ini dibuat agar mahasiswa lebih memahami lagi tentang pengertian, penyebab, dan cara penanganan atonia uteri.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan Pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).

B. Rumusan Masalah
1.    Menjelaskan tentang pengertian atonia uteri
2.    Menjelaskan factor penyebab terjadinya atonia uteri
3.    menjelaskan tanda dan gejala terjadinya atonia uteri
4.    Menjelaskan cara penanganan atau penatalaksanaan atonia uteri

C. Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui dan memahami tentang atonia uteri
2.    Menambah pengetahuan tentang atonia uteri
3.    Dapat mengetahui mengenai pengertian, etiologi, factor penyebab, dan juga penatalaksanaan atonia uteri.

TINJAUAN PUSTAKA/TEORI

2.1 Pengertian Atonia Uteri
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes Jakarta ; 2002)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek.
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Sarwono, 2009)

2.2. Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri
Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
a.    Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
•    Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
•    Kehamilan gemelli
•    Janin besar (makrosomia)
b.    Kala satu atau kala 2 memanjang
c.    Persalinan cepat (partus presipitatus)
d.    Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
e.    Infeksi intrapartum
f.    Multiparitas tinggi
g.    Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia.
h.    Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
i.    Malnutrisi
j.    Kesalahan penanganan dalam usaha melahirkan plasenta
k.    Ibu dengan keadaan umum jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun
l.    Ada riwayat pernah atonia uetri sebelumnya
m.    Kehamilan grande-multipara
n.    Kelainan uterus
o.    Riwayat  peradarahan pasca persalinan atau riwayat plasenta manual
p.    Tindakan opertaif dengan anstesi umum yang terlau dalam
q.    Partus lama
r.    Hipertensi dalam kehamilan
    Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

2.3 Manifestasi Klinis
1.    Uterus tidak berkontraksi atau lemahny kontraksi uterus dan lembek
2.    Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)

2.4 Tanda dan gejala atonia uteri
1.    Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah
2.    Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya
3.    Fundus uteri naik
4.    Terdapat tanda-tanda syok
a.    nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b.    tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c.    pucat
d.    keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e.    pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f.    gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g.    urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)       
2.5 Diagnosis
    Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir  ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.

2.6 Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.

2.7 Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri
    Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung pada keadaaan klinisnya.

NO    Langkah penatalaksanaan    Alasan
1    Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta(maksimal 15 detik)    Masase merangsang kontraksi uterus. Saat dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi uterus
2    Bersihkan bekuan darah adan selaput ketuban dari vaginadan lubang servik

    Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
3    Pastikan bahwa kantung kemih kosong,jika penuh dapat  dipalpasi, lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptik    Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.

4    Lakukan Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit    Kompresi bimanual internal memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5    Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal (KBE)    Keluarga dapat meneruskan kompresi bimanual eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah selanjutnya
6    Keluarkan tangan perlahan-lahan    Menghindari rasa nyeri
7    Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg    Ergometrin dan misopostrol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
8    Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin    Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau tranfusi darah. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan.oksitosin IV akan cepat merangsang kontraksi uterus.
9    Ulangi kompresi bimanual internal    KBI yang dilakukan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misopostrol akan membuat uterus berkontraksi
10    Rujuk segera    Jika uterus tidak berkontaksiselama 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan tranfusi darah
11    Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI     Kompresi uterus ini memberikan tekanan langung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang uterus berkontraksi
12    Lanjutkan infus RL +20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi    RL dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.

2.8 Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)
1.    Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

2.    Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan.Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera

3.    Jika uterus tidak berkontraksi maka
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
•    Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.
•    Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI
•    Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
•    Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera

4.    Pemberian Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.

5.    Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.

6.    Ligasi Arteri Iliaka Interna (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
    Identifikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.

Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.

7.    Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

8.    Kompresi bimanual atonia uteri
Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci.
Teknik :
1.    Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan
2.    Eksplorasi dengan tangan kiri
3.    Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina
4.    Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang atas
5.    Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan lumennya. Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%). Atonia Uteri disebut juga sebagai suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (April, 2007).
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi.

B. SARAN

 DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah, ali yeyeh dan Lia yulianti. 2010. Asuhan kebidanan IV ( Patologi kebidanan ), Jakarta Timur : CV.Trans Info Media

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku ilmu kebidanan, Jakarta  : PT BINA PUSTAKA

Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetric , Jakarta : EGC

Depkes RI. 2007. Asuhan Persalinan Normal ,Jakarta : JNPK-KR/POGI dan JHPIEGO Corporation

Rohani dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada masa Persalinan , Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta  : PT BINA PUSTAKA